logoSibia
logo
Tazkiyatun Nafs
Keterkaitan Iman dan Akhlak
Keimanan dan Akhlak adalah dua hal yang saling berkaitan erat serta tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan dikarenakan akhlak di dalam islam terdiri dari unsur-unsur keimanan, serta keimanan yang benar pasti membuahkan akhlak yang mulia. Dalam hadis Rasulullah menjelaskan kertekaitan antar keduanya,
حدثنا عمر بن موسى السامي، حدثنا أبو هلال، عن قتادة، عن أنس، قال: ما خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم خطبة , إلا قال في خطبته , لا إيمان لمن لا أمانة له، ولا دين لمن لا عهد له.
Dari Anas bin Malik beliau berkata,” Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dihadapan kami, melainkan sering mengulang perkataanya, beliau bersabda “tidak ada iman yang sempurna bagi yang tidak memiliki sifat amanah, dan tidak sempurna agama seseorang yang tidak menepati perjanjian.” (HR.Al-Bazzâr)
Serta dalam banyak hadis Rasulullah mengaitkan keimanan kepada Allah dan hari akhir dengan akhlak-akhlak terpuji sebagaimana beliau bersabada,
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ، عَنْ أَبِي حَصِينٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari maka janganlah menyakiti tetangganya, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya memuliakan tamunya, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akir hendaknya berkata yang baik atau diam.” (HR.Al-Bukhâri)
Ibnu Taimiyah menjelaskan akhlak yang mulia setidaknya mencakup unsut-unsur berikut ini:

  1. Keimanan kepada Allah sebagai al-Khaliq, pemberi rizki dan pengatur alam semesta satu-satunya yang memiliki nama-nama yang baik serta sifat-sifat mulia.

  2. Mengenal Allah serta mengimai bahwa Allah satu-satunya Dzat yang berhat disembah.

  3. Mencintai Allah dengan segenap perasaan cinta sehingga tidak ada yang dicintai dan dituju selain Allah ataupun lebih besar dari Allah.Kecintaan yang menghantarkan seluruh pemikiran dan perbuatan semua tertuju kepada Allah.

  4. Meninggalkan keinginan yang buruk dan yang rendah.


Penanaman iman dan akhlak merupakn tujuan dalam proses pendidikan kepada peserta didik yang dimulai dari semenjak belia, dengan pendidikan akhlak yang baik, seorang anak akan mendapatkan masa depan yang cerah.Kebutuhan terhadap pendidikan iman dan akhlak sangat urgen karena pengaruhnya akan berdampak pada individu dan masyarakat. Oleh karena itu, sejak awal pertumbuhan anak, pendidikan iman dan akhlak wajib mendapat perhatian serius dari orang tua maupun tenaga pendidik.
Mayoritas penyimpangan akhlak disebabkan tidak terbuntuknya dasar keimanan dan akhlak melalui proses pendidikan dari sejak kecil . Meskipun tidak mustahil merubah akhlak yang buruk ketika usia dewasa, akan tetapi hal itu menjadi sangat sulit ketika sejak kecil sudah tertanam perilaku-perilaku buruk. Ibnu Qayyim menegaskan, anak kecil wajib dijauhkan dari mendengarkan perkara-perkara buruk dan kotor. Karena jika hal tersebut tersangkut pada pendengarannya, maka menjadi sulit baginya untuk meninggalkannya dan sulit bagi orang tuanya untuk meluruskannya.
logo
Tazkiyatun Nafs
DAHSYATNYA DZIKIR HASBUNALLAHU WANI’MAL WAKIL
Oleh Usman Baco Sau (16/2/22)
Salah satu dzikir yang populer dan selalu dibaca kaum muslimin adalah Hasbunallahu wani’mal wakil. Sering kali dibaca untuk menenangkan hati di kala sedang gelisah atau ditimpa musibah. Tidak sedikit pula orang membacanya untuk menambahkan keyakinan dan kepercayaan kepada Allah Subhanahu wataála. Dzikir ini termasuk dzikir-dzikir terbaik karena telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu álaihi wasallam dan para sahabatnya serta orang-orang shalih terdahulu.
Dzikir ini terkandung dalam al-Qurán sesuai firman Allah Subhanahu wataála,
ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَٰنًا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ
(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali Imran (3): 173)
Menafsirkan ayat ini, As-Sa’di Rahimahullahu Taála dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ketika Nabi kembali dari Uhud menuju ke Madinah dan mendengar bahwa Abu Sufyan beserta orang-orang yang bersamanya dari kaum musyrikin hendak kembali menyerang Madinah, maka beliau menyeru kembali para sahabatnya untuk bersiap perang. Maka mereka berangkat dengan kondisi masih terluka, demi memenuhi panggilan Allah dan RasulNya, dan menaati Allah dan rasulNya, hingga akhirnya sampailah mereka pada suatu tempat yang bernama Hamra’ al-Asad.
Lalu datanglah seseorang kepada mereka seraya berkata, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu,” mereka bertekad untuk menghancurkan kalian, sebagai suatu tindakan menakuti dan menggentarkan mereka. Akan tetapi hal itu tidaklah menambah bagi mereka kecuali iman kepada Allah dan bertawakal kepadaNya, “dan mereka menjawab,
حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ
‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami’, “maksudnya, cukuplah Dia dari segala hal yang mengkhawatirkan kita, “dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung,” yaitu Dzat yang diserahkan kepadaNya urusan hamba-hambaNya dan yang memenuhi kemaslahatan bagi mereka.
Kisah ini menegaskan kepada kita bahwa diantara manfaat dzikir yang diajarkan Nabi kepada umatnya adalah untuk menenangkan hati dan menghilangkan rasa takut dari para musuh, dan dari segala kecemasan dan ketakutan.
Dzikir hasbunallahu wani’mal wakil juga telah disebutkan al-Bukhari Rahimahullahu Taála dalam shahihnya yang menjelaskan bahwa dzikir ini telah dipraktekkan oleh para Rasul terdahulu. Yaitu Nabi Ibrahim Álaihissalam membacanya dalam sebuah ujian besar; saat dilemparkan ke dalam api. Dan Rasulullah Shallallahu Álaihi Wasallam juga telah membacanya saat menghadapi makar kaum musyrikin di Hamra’al-Asad sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma, sehubungan dengan firman-Nya: Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. (Ali Imran: 173) Doa inilah yang dibaca oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam ketika dilemparkan ke dalam api. Nabi Muhammad Saw. mengucapkannya pula ketika orang-orang berkata kepadanya, "Kaum musyrik telah menghimpun pasukannya untuk menyerang kalian. Karena itu, takutlah kalian kepada mereka." Tetapi keimanan Nabi Saw. dan para sahabatnya bertambah kuat dan mengatakan: Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah sebaik-baik Pelindung. (HR. al-Bukhari, No. 4563)
Keutamaan lain dari dzikir Hasbunallah wani’mal wakil adalah Allah akan menolong hamba-Nya yang sedang dalam kesulitan. Hal ini berlandaskan hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam,
عن عوفٍ بن مالكٍ أنه حَدَثَهُم أَنّ النبي صلى الله عليه وسلم قَضَى بَينَ رَجُلَينِ فَقَالَ المقضي عليه لمِا أَدبَرَ: حَسبِيَ الله ونِعمَ الوَكِيلُ، فَقَالَ النبي صلى الله عليه وسلم: إنَّ الله يَلُومُ عَلى العَجْزِ، ولَكِن عَليكَ بِالكَيْسِ، فَإذا غَلَبَكَ أَمرٌ فَقُل: حَسبِيَ الله ونِعمَ الوَكِيلُ
“Diriwayatkan dari ‘Auf Bin Malik bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam telah menghakimi dua orang pihak, dan orang terdakwa pun mundur lalu mengucapkan Hasbiyallahu wani’mal wakil. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengecam seseorang yang lemah atau enggan dalam membela diri. Pandailah saat menghadapi situasi. Namun, jika engkau sudah tidak mampu, maka ucapkanlah hasbiyallah wani’mal wakil.” (HR. Abu Daud, No. 3627)
Adapun tentang makna dzikir ini, Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullahu Taála menjelaskan bahwa Hasbunallahu wani’mal wakil maknanya adalah Allahlah yang telah mencukupkan segala urusan kita. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik yang mencukupkan, maka Dia pula sebaik-baik tempat kita bersandar dan sebaik-baik pemberi pertolongan. Akan tetapi Dia hanya menjadi penolong bagi orang-orang berharap kemenangan denganNya dan meminta pertolongan hanya pada-Nya. Maka jika setiap manusia menghadapkan wajahnya hanya kepada Allah dalam setiap urusannya maka Allah pun akan membantunya dan menolongnya serta menjadi tempat bersandar baginya. (Syarah Riyadhush Shalihin, I/542)
Akhirnya, sebagai mukmin yang cerdas, hendaklah kita meneladani Ibrahim Alaihissalam, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, para Sahabat dan Orang-orang shalih terdahulu dengan membaca dzikir Hasbunallah wani’mal wakil di setiap saat, terkhusus di saat-saat genting. Saat berdzikir, pastikan diri kita yakin dan tawakkal sepenuhnya kepada Allah agar hati menjadi tenang, segala ketakutan, keresahan, dan kesedihan dihilangkan oleh-Nya. Serta semoga Allah senantiasa menjaga dan melindungi serta memberikan solusi terbaik dan pertolongan dalam setiap urusan kita. Wallahu A’lam
logo
Tazkiyatun Nafs
Mengenal Syafa’at Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam
(Bag 1)
Apa Itu Syafa’at?
Secara bahasa syafa’at bisa diartikan menggenapkan sesuatu, kata ‘‘syaf’’ (genap) adalah antonim kata ‘‘witr’’ (ganjil).
Sedangkan secara istilah berarti menjadi perantara bagi orang lain dengan mendatangkan manfa’at atau menolak madharat.
Syafa’at Rasulullah ﷺ Pada Hari Kiamat
Rasulullah ﷺ akan memperoleh kedudukan yang tinggi di hari akhir kelak. Allah ﷻ telah memilih beliau di antara semua utusan, Allah berfirman:
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى
“Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.” (Ad Dhuha: 05)
Berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Sahihnya dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam akan diberitahu pada hari kebangkitan:
سَلْ تُعْطَهْ، اشْفَعْ تُشَفَّعْ
“Mintalah maka akan dikabulkan untukmu, dan syafa’atilah maka akan diizinkan untukmu” (Sahih Muslim, Kitabul iman: 495)

  1. Syafa’at Khusus Rasulullah ﷺ



  • Syafa’at Untuk Seluruh Umat Manusia.


Rasulullah - Shallallahu 'Alaihi Wasallam - akan memberi syafa’at bagi semua manusia pada Hari Kiamat di hadapan Allah ﷻ dengan syafa’at yang disebut As Syafa’atul Uzhma ‘Syafa’at Agung’. Karena pada saat itu seluruh manusia sedang menghadapi situasi sulit di hari kiamat. Pada saat itu Allah ﷻ sedang marah besar, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kondisi menunggu hisab ini layaknya siksaan yang pedih, sehingga mereka bersyafa’at kepada para Rasul ‘alaihimus sholatu was salaam agar Allah ﷻ mempercepat perhitungan dan penghakiman di antara mereka. Mereka memohon kepada nabi Adam, kemudian nabi Nuh, kemudian nabi Ibrahim, kemudian nabi Musa, kemudian nabi ‘Isa, sampai mereka berakhir pada rasulullah ﷺ. Beliaulah pemilik syafa’at agung pada hari kiamat di antara para rasul, yang akan memberi syafa’at untuk semua orang saat situasi tersebut. Itulah yang dimaksud dengan firman-Nya ﷻ:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al Isra: 79)

  • Syafa’at Untuk Ahli Surga Agar Bisa Memasukinya.


Setelah menyebrangi jembatan shiroth, para calon penghuni surga mendapati pintu-pintu surga masih dalam keadaan tertutup. Maka mereka pun mencari orang yang bisa membukakan pintu-pintu tersebut, tetapi tidak ada seorang pun kecuali rasulullah ﷺ yang dengan syafa’atnya Allah ﷻ berkenan membukakan pintu-pintu surga.
Dari sahabat Anas bin Malik -radhiyalluhu ‘anhu- berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
آتي باب الجنة يوم القيامة فأستفتح فيقول الخازن: من أنت؟ فأقول: محمد، فيقول: بك أمرت لا أفتح لأحد قبلك.
“Pada hari kiamat nanti aku datang ke pintu surga untuk minta dibukakan”, maka penjaganya pun bertanya: siapa kamu? Aku jawab: “Muhammad”, lalu dia berkata: “utukmulah akau diperintahkan (supaya membukakan pintu surga), tidak pernah aku buka untuk seorang pun sebelummu.” (Sahih Muslim, Kitab Iman: 507).

  • Syafa’at untuk paman beliau ﷺ Abu Thalib.


Syafa’at ini tidak mengeluarkan paman beliau dari neraka, tetapi meringankan siksaan untuknya. Karena Abu Thalib adalah orang yang sangat mencintai rasulullah ﷺ, membela, dan melindunginya.
عن العباس بن عبد المطلب أنه قال: يا رسول الله هل نفعت أبا طالب بشيء؟ فإنه كان يحوطك ويغضب لك. قال: هو في ضحضاح من نار، ولولا أنا لكان في الدرك الأسفل من النار.
Dari Al ‘Abbas bin Abdul Muthalib bahwa dia berkata: “Wahai rasulullah apakah Anda bisa memberi manfaat kepada Abu Thalib? Karena sesungguhnya dulu dia telah melindungi Anda dan marah demi Anda”. Beliau bersabda: “Dia berada di pinggir neraka (yang apinya hanya mencapai mata kaki), seandainya bukan karena aku (syafa’atku) niscaya dia akan menempati neraka yang paling dalam.” (Sahih Muslim, Kitab Iman: 531).

  • Syafa’at Beliau ﷺ Untuk Sebagian Umatnya Supaya Masuk Surga Tanpa Hisab.


Syafa’at ini disebutkan sebagian ulama berdalil dengan hadits panjang dari Abu Hurairah.
فأرفع رأسي فأقول يا رب أمتي أمتي، فيقال يا محمد أدخل الجنة من أمتك من لا حساب عليه من الباب الأيمن من أبواب الجنة...
“Maka aku (rasulullah ) mengangkat kepalaku dan berkata: Ya rabb, umatku.. umatku.. lalu dikatakan: Wahai Muhammad, masukkanlah segolongan umatmu yang tidak dihisab melalui pintu aiman (paling kanan) dari pintu-pintu surga itu.” (Sahih Muslim, Kitab Iman: 501)
(Nafis Abdul Karim)
logo
Tazkiyatun Nafs
Meraih Ampunan dan Keberkahan Sebelum Masuk Bulan Ramadhan
Malam Nishfu Sya’ban adalah salah satu malam mustajabnya doa. Hal ini salah satunya diriwayatkan oleh Imam Syafii dalam Kitab Al-Umm :
خَمْسُ لَيالٍ لا تُرَدُّ فِيهِنَّ الدَّعْوَةُ أوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ وَلَيْلَةُ الجُمُعَةِ وَلَيْلَةُ الفِطْرِ وَلَيْلَةُ النَّحْرِ
“Ada lima malam yang doa tidak akan ditolak pada malam-malam itu, yaitu: malam pertama di bulan Rajab, malam pertengahan di bulan Sya’ban, malam Jum’at, malam (idul) fitri dan malam idul-adha”.
Di antaranya hadits dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
Al-Mundziri dalam At-Targhib setelah menyebutkan hadits ini, beliau mengatakan, “Dikeluarkan oleh At-Thobroni dalam Al Awsath dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya dan juga oleh Al-Baihaqi. Ibnu Majah pun mengeluarkan hadits dengan lafazh yang sama dari hadits Abu Musa Al-Asy’ari. Al-Bazzar dan Al-Baihaqi mengeluarkan yang semisal dari Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu dengan sanad yang tidak mengapa.”