Keimanan dan Akhlak adalah dua hal yang saling berkaitan erat serta tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan dikarenakan akhlak di dalam islam terdiri dari unsur-unsur keimanan, serta keimanan yang benar pasti membuahkan akhlak yang mulia. Dalam hadis Rasulullah menjelaskan kertekaitan antar keduanya,
حدثنا عمر بن موسى السامي، حدثنا أبو هلال، عن قتادة، عن أنس، قال: ما خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم خطبة , إلا قال في خطبته , لا إيمان لمن لا أمانة له، ولا دين لمن لا عهد له.
Dari Anas bin Malik beliau berkata,” Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dihadapan kami, melainkan sering mengulang perkataanya, beliau bersabda “tidak ada iman yang sempurna bagi yang tidak memiliki sifat amanah, dan tidak sempurna agama seseorang yang tidak menepati perjanjian.” (HR.Al-Bazzâr)
Serta dalam banyak hadis Rasulullah mengaitkan keimanan kepada Allah dan hari akhir dengan akhlak-akhlak terpuji sebagaimana beliau bersabada,
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ، عَنْ أَبِي حَصِينٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari maka janganlah menyakiti tetangganya, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya memuliakan tamunya, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akir hendaknya berkata yang baik atau diam.” (HR.Al-Bukhâri)
Ibnu Taimiyah menjelaskan akhlak yang mulia setidaknya mencakup unsut-unsur berikut ini:
Penanaman iman dan akhlak merupakn tujuan dalam proses pendidikan kepada peserta didik yang dimulai dari semenjak belia, dengan pendidikan akhlak yang baik, seorang anak akan mendapatkan masa depan yang cerah.Kebutuhan terhadap pendidikan iman dan akhlak sangat urgen karena pengaruhnya akan berdampak pada individu dan masyarakat. Oleh karena itu, sejak awal pertumbuhan anak, pendidikan iman dan akhlak wajib mendapat perhatian serius dari orang tua maupun tenaga pendidik.
Mayoritas penyimpangan akhlak disebabkan tidak terbuntuknya dasar keimanan dan akhlak melalui proses pendidikan dari sejak kecil . Meskipun tidak mustahil merubah akhlak yang buruk ketika usia dewasa, akan tetapi hal itu menjadi sangat sulit ketika sejak kecil sudah tertanam perilaku-perilaku buruk. Ibnu Qayyim menegaskan, anak kecil wajib dijauhkan dari mendengarkan perkara-perkara buruk dan kotor. Karena jika hal tersebut tersangkut pada pendengarannya, maka menjadi sulit baginya untuk meninggalkannya dan sulit bagi orang tuanya untuk meluruskannya.
حدثنا عمر بن موسى السامي، حدثنا أبو هلال، عن قتادة، عن أنس، قال: ما خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم خطبة , إلا قال في خطبته , لا إيمان لمن لا أمانة له، ولا دين لمن لا عهد له.
Dari Anas bin Malik beliau berkata,” Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dihadapan kami, melainkan sering mengulang perkataanya, beliau bersabda “tidak ada iman yang sempurna bagi yang tidak memiliki sifat amanah, dan tidak sempurna agama seseorang yang tidak menepati perjanjian.” (HR.Al-Bazzâr)
Serta dalam banyak hadis Rasulullah mengaitkan keimanan kepada Allah dan hari akhir dengan akhlak-akhlak terpuji sebagaimana beliau bersabada,
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ، عَنْ أَبِي حَصِينٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari maka janganlah menyakiti tetangganya, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya memuliakan tamunya, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akir hendaknya berkata yang baik atau diam.” (HR.Al-Bukhâri)
Ibnu Taimiyah menjelaskan akhlak yang mulia setidaknya mencakup unsut-unsur berikut ini:
- Keimanan kepada Allah sebagai al-Khaliq, pemberi rizki dan pengatur alam semesta satu-satunya yang memiliki nama-nama yang baik serta sifat-sifat mulia.
- Mengenal Allah serta mengimai bahwa Allah satu-satunya Dzat yang berhat disembah.
- Mencintai Allah dengan segenap perasaan cinta sehingga tidak ada yang dicintai dan dituju selain Allah ataupun lebih besar dari Allah.Kecintaan yang menghantarkan seluruh pemikiran dan perbuatan semua tertuju kepada Allah.
- Meninggalkan keinginan yang buruk dan yang rendah.
Penanaman iman dan akhlak merupakn tujuan dalam proses pendidikan kepada peserta didik yang dimulai dari semenjak belia, dengan pendidikan akhlak yang baik, seorang anak akan mendapatkan masa depan yang cerah.Kebutuhan terhadap pendidikan iman dan akhlak sangat urgen karena pengaruhnya akan berdampak pada individu dan masyarakat. Oleh karena itu, sejak awal pertumbuhan anak, pendidikan iman dan akhlak wajib mendapat perhatian serius dari orang tua maupun tenaga pendidik.
Mayoritas penyimpangan akhlak disebabkan tidak terbuntuknya dasar keimanan dan akhlak melalui proses pendidikan dari sejak kecil . Meskipun tidak mustahil merubah akhlak yang buruk ketika usia dewasa, akan tetapi hal itu menjadi sangat sulit ketika sejak kecil sudah tertanam perilaku-perilaku buruk. Ibnu Qayyim menegaskan, anak kecil wajib dijauhkan dari mendengarkan perkara-perkara buruk dan kotor. Karena jika hal tersebut tersangkut pada pendengarannya, maka menjadi sulit baginya untuk meninggalkannya dan sulit bagi orang tuanya untuk meluruskannya.